Tanya Jawab – Amalan Khusus Bulan Rajab

tanya jawab

Pertanyaan (via BBM) :

Assalamu’alaikum Ustadz ada yg share (broadcast BBM) tentang puasa di bulan rajab, seperti ini :

Bulan Rajab jatuh tanggal 30 April 2014.

  1. Barangsiapa berpuasa 1 hari maka seperti laksana puasa 1 tahun.
  2. Barangsiapa berpuasa 7 hari maka ditutup pintu-pintu Neraka Jahannam.
  3. Barangsiapa puasa 8 hari maka akan dibukakan pintu 8 Surga.
  4. Barangsiapa berpuasa 10 hari maka akan dikabulkan segala permintaannya.
  5. Barangsiapa mengingatkan kepada orang lain tentang ini, seakan-akan ibadah 80 tahun, Subhanallah…

Mohon pencerahan ustadz, saya masih awam… jazakallah… wassalam…

(Akhi Haris – Tangerang, Pin BB 766XXXXX)

Jawab :

وَعَلَيْكُمْ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ…

Tidak ada dalil dari hadits ataupun Al-Qur’an mengenai puasa rajab. Juga tidak ada dalil yang dapat dijadikan sebagai hujjah untuk mengkhususkan ibadah khusus pada bulan Rajab atau tidak ada dalil-dalil yang shahih mengenai keutamaan ibadah tertentu pada bulan rajab, baik Shalat khusus yang sering dikenal dengan shalat Raghaaib (yaitu shalat yang dilakukan pada malam jum’at pertama bulan Rajab, dilakukan ba’da magrib hingga isya’ yang sebelumnya didahului dengan puasa kamis) atau puasa khusus pada bulan ini.

Hadits-hadits yang menjadi sandaran adalah hadits-hadits yang tidak shahih, bahkan yang paling tinggi berderajat dha’if. Hadits dha’if TIDAK DAPAT dijadikan landasan untuk ibadah khusus.

Imam Ibnu Qayyim Rahimahullah dalam kitab Al-Manar Al-Munif fii Ash-Shahih wa Adh-Dho’if, pada No. hadits 166 dan setelahnya. Beliau rahimahullah menyebutkan, “Semua hadits-hadits yang menyebutkan shalat-shalat (khusus) pada hari-hari dan malam-malam tertentu, seperti, shalat (khusus) pada hari ahad dan malam ahad, hari senin dan malam senin terus sampai akhir minggu, semua hadits-hadits tersebut merupakan kebohongan.”

Beliau Rahimahullah juga berkata, “Begitu pula hadits-hadits shalat Ar-Raghaaib pada malam jum’at bulan Rajab, semua adalah kebohongan dan diada-adakan atas nama Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”

Kemudian Beliau rahimahullah menyebutkan beberapa hadits dha’if dan maudhu’ (palsu):

“Rajab bulan Allah, Sya’ban bulanku, dan Ramadhan bulan umatku… namun janganlah kalian lupa dengan malam Jum’at pertama bulan Rajab, karena malam itu adalah malam yang disebut oleh para malaikat dengan Ar-Raghaaib. Di mana apabila telah berlalu sepertiga malam, tidak ada satupun malaikat yang berada di semua lapisan langit dan bumi, kecuali mereka berkumpul di Ka’bah dan sekitarnya. Kemudian Allah melihat kepada mereka, dan berfirman : ‘Wahai malaikat-Ku, mintalah apa saja yang kalian inginkan’. Maka mereka mengatakan: ‘Wahai Tuhan kami, keinginan kami adalah agar engkau mengampuni orang yang suka puasa Rajab’. Allah berfirman : ‘Hal itu sudah Aku lakukan’. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang berpuasa hari kamis pertama di bulan Rajab, kemudian shalat antara maghrib sampai isya –yaitu pada malam Jum’at– dua belas rakaat…’

Berkata Rahimahullah, “Dan semua hadits yang menyebutkan puasa Rajab dan shalat pada sebagian malam-malamnya adalah kebohongan dan diada-adakan…”

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah dalam kitabnya Tabyinul Uujub bi Ma Warada fi Fadhli Rajab menegaskan,

لم يرد في فضل شهر رجب ، ولا في صيامه ، ولا في صيام شيء منه معين ، ولا في قيام ليلة مخصوصة فيه حديث صحيح يصلح للحجة ، وقد سبقني إلى الجزم بذلك الإمام أبو إسماعيل الهروي الحافظ

“Tidak terdapat riwayat shahih yang bisa dijadikan dalil tentang keutamaan bulan Rajab, baik dengan puasa sebulan penuh, puasa pada hari-hari tertentu pada Bulan Rajab, atau shalat qiyamul lail (tahajud) pada malam-malam tertentu. Telah ada orang yang mendahuluiku dalam memastikan hal itu, yaitu Imam Abu Ismail Al-Harawi.”

Beliau rahimahullah melanjutkan, “Adapun hadits yang menerangkan tentang keutamaan Rajab, atau keutamaan puasanya, atau puasa pada sebagian harinya secara jelas maka ada dua macam, yaitu dhaif dan maudhu’.

Al-Imam Ibnu Rajab rahimahullah menegaskan,

لم يصح في شهر رجب صلاة مخصوصة تختص به و الأحاديث المروية في فضل صلاة الرغائب في أول ليلة جمعة من شهر رجب كذب و باطل لا تصح و هذه الصلاة بدعة عند جمهور العلماء

“Tidak terdapat dalil yang shahih tentang anjuran shalat tertentu di bulan Rajab. Adapun hadits yang menyebutkan keutamaan shalat Raghaaib di malam Jum’at pertama bulan Rajab adalah hadits dusta, bathil, dan tidak shahih. Shalat Raghaaib adalah bid’ah, menurut mayoritas ulama.” (Lathaiful Ma’arif, hlm. 213)

Terkait masalah puasa di bulan Rajab, Imam Ibnu Rajab Rahimahullah juga menegaskan,

لم يصح في فضل صوم رجب بخصوصه شيء عن النبي صلى الله عليه و سلم و لا عن أصحابه و لكن روي عن أبي قلابة قال : في الجنة قصر لصوام رجب قال البيهقي : أبو قلابة من كبار التابعين لا يقول مثله إلا عن بلاغ و إنما ورد في صيام الأشهر الحرم كلها

“Tidak ada satu pun hadits shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tentang keutamaan puasa bulan Rajab secara khusus, hanya terdapat riwayat dari Abu Qilabah, bahwa beliau mengatakan, ‘Di surga terdapat istana untuk orang yang rajin berpuasa di bulan Rajab.’ Namun, riwayat ini bukan hadits.

Imam Al-Baihaqi mengomentari keterangan Abu Qilabah, ‘Abu Qilabah termasuk Tabi’in senior. Beliau tidak menyampaikan riwayat itu, melainkan hanya kabar tanpa sanad.’ Riwayat yang ada adalah riwayat yang menyebutkan anjuran puasa di bulan haram seluruhnya” (Lathaiful Ma’arif, hlm. 213)

Ibnu Taimiyyah dalam Majmu’ Fatawa juga menjelaskan hadits berpuasa pada bulan Rajab secara khusus adalah lemah, bahkan palsu. Sedikit pun tidak bisa dijadikan landasan oleh para Ulama.

Terkait riwayat yang terdapat dalam Musnad dan (kitab hadits) lainnya dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bahwa beliau memerintahkan untuk berpuasa pada bulan-bulan haram, yaitu Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, yang dimaksud adalah anjuran berpuasa pada empat bulan semuanya, bukan Rajab secara khusus.

Sayyid Sabiq dalam kitabnya Fiqh Al-Sunnah menyatakan, “Rajab tidak ada keutamaan tambahan dibandingkan dengan (bulan-bulan) lainnya. Hanya saja ia termasuk bulan haram.”

Tidak ada dalam sunnah yang shahih, mengenai keutamaan khusus berpuasa pada bulan Rajab. Adapun (hadits) yang ada tentang hal itu, tidak dapat dijadikan hujjah (dalil).

روي عن عمر رضي الله عنه : أنه كان يضرب أكف الرجال في صوم رجب حتى يضعوها في الطعام و يقول : ما رجب ؟ إن رجبا كان يعظمه أهل الجاهلية فلما كان الإسلام ترك

Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau memukul telapak tangan beberapa orang yang melakukan puasa rajab, sampai mereka meletakkan tangannya di makanan. Umar Radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Apa rajab ?. Sesungguhnnya rajab adalah bulan yang dulu diagungkan masyarakat jahiliyah. Setelah Islam datang, ditinggalkan.”

Dalam riwayat yang lain,

كرِهَ أن يَكونَ صِيامُه سُنَّة

“Beliau benci ketika puasa rajab dijadikan sunnah (kebiasaan).” (Lathaif Al-Ma’arif, 215).

Dalam riwayat yang lain, tentang sahabat Abu Bakrah Radhiyallahu ‘anhu,

أنه رأى أهله قد اشتروا كيزانا للماء واستعدوا للصوم فقال : ما هذا ؟ فقالوا: رجب. فقال: أتريدون أن تشبهوه برمضان ؟ وكسر تلك الكيزان

Beliau melihat keluarganya telah membeli bejana untuk wadah air, yang mereka siapkan untuk puasa. Abu Bakrah bertanya: ‘Puasa apa ini ?.’ Mereka menjawab : ‘Puasa rajab.’ Abu Bakrah menjawab, ‘Apakah kalian hendak menyamakan rajab dengan ramadhan ?.’ kemudian beliau memecah bejana-bejana itu. (Riwayat ini disebutkan oleh Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni 3/107, Ibn Rajab dalam Lathaif hlm. 215, Syaikhul Islam dalam Majmu’ Fatawa 25/291, dan Al-Hafidz ibn Hajar dalam Tabyi Al-Ujb hlm. 35)

Ibnu Rajab rahimahullah juga menyebutkan beberapa riwayat lain dari beberapa sahabat lainnya, seperti Ibnu Umar dan Ibnu Abbas, bahwa mereka membenci seseorang yang melakukan puasa rajab sebulan penuh.

Dari keterangan di atas , yang perlu diingatkan kembali adalah hadits-hadits mengenai ibadah khusus pada bulan Rajab adalah hadits yang tidak dapat digunakan sebagai Hujjah, bukan berarti ini larangan beribadah di bulan itu, contoh puasa senin-kamis, puasa ayamul bidh dan puas Dawud, itu semua di bolehkan karena tidak ada pengkhususan pada bulan tertentu.

Wallahu a’lam bish-shawab...

—————————————————————————————-

Tanya Ustadz
Narasumber : Ust. Abu Abdirrahman Al-Hajjamy, MA.
(Post date : 25 Jumadil Akhir 1435 H. / 25 April 2014)

PERHATIAN !!!

Diperbolehkan mengcopy serta memperbanyak content tulisan dan audio kajian ini untuk kepentingan Da’wah Islamiyah tanpa mengubah isinya dan menyertakan sumber : https://alaminiyah.wordpress.com/

Leave a comment