SUBTANSI HAJI DAN IDUL ADHA

khutbah

Bismillahirahmanirrahim…

Assalamualaikum Wr. Wb…

Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar…

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah Swt. yang telah memasukan kita pada bulan Dzulhijjah, bulan di mana Nabi Muhammad Saw. pernah mensifati bulan tersebut dengan bersabda “Tidak ada hari-hari amal shaleh di dalamnya lebih dicintai oleh Allah Swt. melebihi dari hari-hari tersebut yaitu sepuluh hari awal dari bulan Dzulhijjah”, maka para sahabat bertanya “Tidak juga jihad fii sabilillah?” Rasulullah Saw. menjawab: “Tidak juga Jihad fii Sabilillahi kecuali seseorang keluar berjihad dengan dirinya dan harta kemudian tidak kembali apapun (mati syahid).” HR. Bukhari

Bulan Dzulhijjah dikenal juga dengan bulan haji dan bulan qurban karena pada bulan ini terdapat pelaksanaan ibadah haji dan qurban, karena itu maka khutbah pada kali ini khotib memberikan juduI “Substansi Haji dan Idul Qurban/Adha”.

Pelaksanaan Manasik Haji dan Idul Qurban bukan hanya sekedar ritual belaka tiap tahunnya, akan tetapi Ibadah haji di mana jutaan umat Islam berkumpul di Mas’aril Haram dengan berpakaian sangat sederhana dan serba putih seraya mengumandangkan talbiyah, sebagai bentuk bahwa manusia sama derajatnya antara si kaya dengan si miskin antara orang Arab dan orang ‘ajam antara Si hitam dengan Si putih, namun yang membedakan adalah keimanan dan ketaqwaan.

Masy’aral muslimin dan muslimat yang berbahagia…

Substansi atau hakekat haji adalah panggilan Nabi Allah yang digelari Abu Ambiya dan Khalilullah yaitu Nabi Ibrahim As. sebagaimana firman Allah swt. pada,

 وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍلِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ

“Dan panggilah/serulah manusia untuk melaksanakan haji niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dengan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru dunia, dan untuk menyaksikan berbagai manfaat yang mereka dapatkan….” (QS. AI-Hajj : 27-28)

Pelaksanaan haji, kalau kita buka kembali lembaran sejarah, maka kita akan dapatkan bahwa haji bukan hanya sekedar suatu prosesi tawaf 7-putaran, sai 7-putaran, wuquf di Arafah, mabit di Mudzalifah dan mabit di Mina, akan tetapi jika kita lihat dari haji-nya Rasul Saw., beserta para sahabatnya adalah suatu peristiwa yang sangat menentukan proses perkembangan da’wah Islam dan merupakan tombak awal dari perkembangannya. Dalam Sirah Nabawiyah dikatakan bahwa setelah Rasulullah Saw. menerima wahyu :

 وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ

“Dan berikanlah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (QS. Asy-Syu’ara : 214)

Maka Rasulullah Saw. mulai berda’wah secara terang-terangan termasuk kepada setiap yang datang ke Makkah. Maka tidak sedikit rintangan dan ujian yang dihadapinya. Pada tahun ke-10 atau 11 Kenabian Rasul Saw. menuai hasilnya pada musim haji, yaitu dengan masuknya 6 orang dari Yasrib (Madinah) kemudian disusul Pada tahun berikutnya saat musim haji pula berbai’at kepada Rasulullah Saw. 12 orang dari Madinah.

Lalu di tahun ke-13 kenabian telah berba’iat sejumlah besar ahlu Madinah di Mina yang menggemparkan sehingga di kenal dengan Bai’at ‘Aqabah. Sekembalinya dari Bai’atul ‘Aqabah tersebut maka semakin berkembanglah Islam di Madinah hingga tak satupun rumah yang tak ada Islam di dalamnya. Kemudian Allah Swt. memerintahkan Rasulullah Saw. dan kaum Muslimin untuk hijrah ke Madinah. Dari Madinah pancaran Islam sampai ke penjuru dunia.

Maka pada hakikatnya para haji merupakan duta-duta besar dari daerah dan negaranya, masing-masing mengemban tugas besar sebagaimana ahlul Madinah. Dari sisi lain sejarah membuktikan orang yang telah melaksanakan haji telah sempurna Islamnya secara umum. Karenanya syariat sangat menganjurkan bagi yang mampu untuk menjalankannya dan ancaman yang sangat keras bagi yang meninggalkannya. Ibadah haji juga merupakan prosesi serah terima atau estafet tanggung jawab agama dari seorang Nabinya kepada seluruh umatnya yang dianggap sempurna Islamnya.

Al-Imam Bukhari, Muslim dan lainnya telah meriwayatkan Khutbahnya Rasulullah Saw. yang sangat panjang di wukuf (padang Arafah) dihadapan 124.000/144.000 kaum muslimin. Di antara khutbahnya Rasulullah Saw. bertanya kepada para sahabat dengan berkata “Apakah aku telah Menyampaikan agama?” Maka para sahabat Menjawab, “Iya Rasulullah.” Maka Rasulullah memandang langit Sambil mengangkat jari telunjuknya Seraya berkata “Ya Allah saksikanlah…  Ya Allah saksikanlah… Ya Allah saksikanlah…” kemudian beliau bersabda kepada kaum Muslimin, “Hendaknya yang hadir saat ini bertanggung jawab menyampaikan agama kepada yang tidak hadir.”

Al-Imam Khotib telah meriwayatkan bahwa “Kuburan sahabat yang terdapat di sekitar Makkah dan Madinah hanya sekitar 10.000 Sahabat”. Ini suatu bukti bahwa sahabat telah menjalankan tugasnya dengan bertebaran ke seluruh penjuru dunia termasuk ke Nusantara pada penelitian terbaru. Itulah subtansi haji yang sebenarnya yang akan membawa perubahan mendasar pada dirinya dan Islam jika dipahami benar subtansi ini bagi setiap yang berhaji. Sejarah perkembangan Islam juga telah membuktikan telah bermunculan tokoh-tokoh pembaru Islam di seluruh dunia dengan keberkatan haji ini, dengan terjadinya pertukaran pandangan dan bertambahnya pengetahuan Islam bil-khusus dari ulama-ulama Haramain ketika melaksanakan haji. Seperti Imamnya para ulama dan Muhadditsin dari benua India yang sebelumnya terkenal dengan ke-jumud-an dan kefanatikan terhadap pandangannya kemudian sepulang dari haji mereka mengadakan perubahan yang sangat dahsyat yang kemudian diikuti oleh ulama-ulama setelahnya hingga sempat menggoncang kedaulatan Inggris sang penjajah di kala itu.

Hal ini pun terjadi di negara kita, banyak tokoh-tokoh Nasional yg bermunculan dengan keberkatan haji, seperti H. Samanhudi yang pada tahun 1905 telah mendirikan Serikat Dagang Islam Solo, HOS. Tjokroaminoto, H. Ahmad Dahlan pendiri organisasi Muhamadyah. KH. A. Hasyim Ashari pendiri NU. begitu juga H, Abdul karim Amrullah Ayahanda Buya Hamka dan tokoh-tokoh Lainnya. Bahkan sejarah bangsa Indonesia telah menulis dengan keberkahan dan diplomasi haji yang dilakukan oleh Prof. DR. H. M. Rosyidi (yang dulu beliau adalah duta RI di Mesir dan misi haji tahun 1947 yang dipimpin oleh Prof. KH. Adnan) maka berkibarlah sang merah putih di padang Arafah. Kemerdekaan RI pun memperoleh pengakuan dan dukungan dari negara-negara Arab.

Allahu Akbar… Allahu Akbar… WalilahiIhamd…

Ma’syarah muslimin wal Muslimat, Ibadah Idul Adha yang merupakan implementasi dari tanggung jawab dan amanah Tuhan yang bermuara pada keluarga Ibrahim As. atas pengorbanan dan perjuangan demi meninggikan kalimat Islam yang telah rela mengorbankan keluarga dan anaknya sebagaimana telah diabadikan oleh Allah Swt. dalam surat Ash-Shaffat: 102-113.

Dari kisah di atas dapat disimpulkan : Bahwa ujian akan menimpa setiap manusia sesuai dengan peringkat dan kedudukan agamanya sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, Ibnu Majah, Hakim dan lain-lain. Bahwa suatu ketika Rasulullah Saw. ditanya “Siapakah manusia yang paling berat ujiannya?” Rasulullah menjawab, “Para Nabi, kemudian orang yang paling dekat dengan para Nabi (dalam riwayat Para alim Ulama kemudian orang-orang yang shalih) seseorang itu akan diuji sesuai dengan agamanya.” Syarat untuk menjadi kekasih Allah, mendapatkan keturunan yang shalih, keberkatan hidup. Tegaknya agama adalah dengan berjuang dan berqurban sebagaimana dicontohkan oleh keluarga Ibrahim As. dan ketika manusia enggan untuk berqurban karena dihinggapi dua penyakit kronis (cinta dunia dan takut mati) maka manusia akan meninggalkan agama secara perlahan dengan demikian terangkatlah keberkatan hidup dan pupuslah generasi yang sholih serta merebaklah kemaksiatan dan kemungkaran, maka sunnah bukan lagi jadi kebanggaan namun menjadi pelecehan, tiba menjadi gaya hidup modern kemudian kaum muslimin semakin terpuruk terjajah dan terintimidasi sebagaimana fenomena yang sedang terjadi saat ini. seperti di Suriah, Mesir, Palestina, dan belahan dunia lainnya juga Indonesia. Untuk merubah semua itu tak ada lagi jalan kecuali kembali pada agama. Sebagaimana firman Allah Swt. :

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS.An-Nuur: 55)

Semoga Allah Swt. memberikan taufik dan hidayahnya. Amiin..

Leave a comment